Siswi SMU dipaksa layani nafsu bejat wakepsek - MA (17), siswi di salah satu SMU di daerah Matraman, Jakarta Timur, mengaku dipaksa melayani nafsu bejat gurunya berinisial T, yang juga wakil kepala (wakepsek) di sekolah tersebut. MA mengatakan, pelecehan itu sudah dialaminya pada bulan Juni dan Juli 2012 lalu.
"Dia mengancam untuk tidak mengeluarkan nilai dan ijazah saya. Saya takut," ungkap siswi kelas XII saat ditemui di rumahnya, Kamis (28/2) malam.
MA menuturkan, peristiwa memilukan itu pertama kali terjadi pada 26 Juni 2012 lalu. Saat itu dirinya yang sedang libur sekolah, mendadak ditelepon pelaku sekitar pukul 15.00 WIB dengan alasan ingin membahas urusan sekolah.
"Bapak ngajakin ketemuan, saya bilang di sekolah aja, dia nolak. Akhirnya diminta ketemu di depan BCA Utan Kayu. Baru saja bertemu dia sudah mencium tangan saya. Ada yang mau diomongin penting katanya, tapi saya diajak putar-putar dulu," cerita MA.
MA menambahkan, guru bejat itu kemudian mengajaknya makan di sekitar Pantai Ancol, Jakarta Utara. Setelah makan, pelaku pun kembali membawanya mengelilingi kawasan Ancol dan mulai merayu MA.
"Itu kan malem sekitar jam 8, abis muter-muter mobilnya diparkirin di tempat yang gelap. Saya bingung kok tiba-tiba dia parkir, tiba-tiba saja dia melecehkan saya," ucapnya lirih.
Tak hanya itu, MA kaget melihat pelaku yang tiba-tiba saja membuka celananya. Tanpa banyak bicara pelaku memaksa MA melayani nafsu bejatnya.
"Saya dipaksa, saya takut banget. Bahkan dia mengancam kalau saya tidak melakukannya maka ijazah saya tidak akan dikeluarkan," ujar MA.
Lebih lanjut perempuan berkulit putih ini mengatakan, setelah selesai melampiaskan nafsunya, T mengantarkan pulang MA. MA diturunkan ke Cempaka Putih dan dibekali uang Rp 50 ribu untuk naik taksi ke rumahnya.
Rupanya, ulah si guru cabul tak sampai di situ saja. Peristiwa ini kembali terulang pada bulan berikutnya, Juli, sebanyak tiga kali. Dengan dalih yang sama yakni ingin membicarakan kegiatan sekolah, T berhasil membawa MA ke tempat lain.
"Yang kedua saya dibawa ke Ancol lagi, yang ketiga saya di bawa ke Sentul, ujung-ujungnya saya harus melakukan itu lagi," paparnya.
Terakhir, pelaku mengajak korban ke rumahnya di daerah Bekasi, yang sedang kosong karena istri dan dua anaknya sedang keluar. Di lokasi itu, pelaku ternyata telah menyiapkan segala sesuatunya. Bahkan, korban diminta untuk membuka bajunya.
"Saya menolak. Tapi dengan kondisi di rumah itu, sepertinya memang sudah direncanakan sebelumnya," tuturnya.
Setelah nyaris menjadi korban kebejatan lebih jauh, korban menjauh dari pelaku. Telepon dan pesan pelaku tak digubrisnya. Tak tahan dengan sikap pelaku, korban kemudian menceritakan peristiwa yang dialaminya kepada seorang guru yang dikenalnya cukup akrab.
"Saya nggak punya ayah, ada seorang guru yang dekat, dan saya cerita ke dia. Supaya tidak ada lagi kejadian begini," katanya sambil terisak.