Yahudi, Suka Mengada-ada dalam Urusan Agama - “Di antara mereka sungguh ada segolongan yang merubah ucapan mereka dalam membaca Al-Kitab supaya kamu menyangka yang dibacanya itu sebagian dari Al-Kitab, padahal ia bukan dari Al-Kitab dan mereka mengatakan, “Ia dari sisi Allah”, padahal ia bukan dari sisi Allah. Mereka berkata dusta atas nama Allah, sedang mereka mengetahuinya,” (QS. Ali-Imran : 78).
DIRIWAYATKAN dari Ibnu Abbas bahwa golongan ini adalah orang-orang Yahudi yang datang kepada Ka’ab bin Asyraf, seorang tokoh yang sangat memusuhi Rasulullah, banyak menyakiti beliau dan mengganggunya. Mereka inilah yang mengubah dan menulis sebuah kitab dengan mengubah keterangan mengenai ciri-ciri Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
Buku yang mereka susun ini dijadikan pegangan oleh Yahudi Bani Quraidhah, lalu mereka campur dengan kitab suci yang ada pada mereka. Ketika mereka membaca Al-Kitab, mereka membacanya dengan mengubah ucapannya, sehingga menimbulkan dugaan pada orang banyak bahwa yang dibaca itu adalah Taurat.
Para pendeta Yahudi yang melakukan kutipan kata-kata berasal dari tokoh-tokoh mereka kemudian disisipkannya di dalam rangkaian pembacaan kitab suci mereka adalah dimaksudkan untuk mengelabui ummat Islam. Dengan cara semacam ini diharapkan ummat Islam percaya bahwa kata-kata yang mereka baca itu adalah berasal dari sisi Allah, padahal sebenarnya adalah buatan mereka sendiri.
Dengan demikian kata-kata yang mereka sisipkan di tengah pembaca kitab suci mereka adalah kedustaan ciptaan mereka sendiri. Maka ayat Al-Qur’an ini mencela keras perbuatan mereka dan sekaligus menjelaskan betapa hebatnya kekurangajaran mereka di dalam memutarbalikkan agama mereka. Kaum Yahudi bukan hanya melakukan kebohongan secara sembunyi-sembunyi di dalam mengada-ada urusan agama mereka, bahkan secara berani mengatasnamakan sebagai wahyu dari Allah. Mereka berani berbuat kurangajar semacam ini, karena punya anggapan, bahwa dosa apapun yang mereka lakukan tentu akan diampuni oleh Allah. Sebab mereka sebagai kekasih Allah dan bangsa pilihan.
Ayat inipun menegaskan bahwa dusta yang dilakukan oleh kaum Yahudi dengan kedok agama Allah adalah tindakan yang sengaja, bukan karena kekeliruan.
Penyakit kaum Yahudi semacam ini juga menimpa sebagian besar ummat Islam dewasa ini. Mereka punya anggapan sudah pasti masuk syurga, biar dosa apapun yang mereka lakukan. Karena mereka punya keyakinan bahwa setiap orang Islam mesti akan mendapat pertolongan Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, asalkan mengaku beragama Islam, walaupun tidak melaksanakan syari’at Islam, bahkan melakukan perbuatan yang biasa dilakukan orang kafir atau munafik. [islampos/sumber: 76 Karakter Yahudi Dalam Al-Qur’an, Karya: Syaikh Mustafa Al-Maraghi]